TEMPO.CO, Jakarta - Ahmad Massoud, pemimpin perlawanan anti-Taliban Afghanistan, mengatakan pada Ahad bersedia mengadakan pembicaraan damai dengan Taliban yang merebut kekuasaan di Kabul seminggu yang lalu tetapi pasukannya siap untuk berperang.
"Kami ingin membuat Taliban menyadari bahwa satu-satunya jalan ke depan adalah melalui negosiasi," katanya kepada Reuters melalui telepon dari bentengnya di Lembah Panjshir barat laut Kabul, dikutip 23 Agustus 2021.
Di Lembah Panjshir, Ahmad Massoud telah mengumpulkan pasukan yang terdiri dari sisa-sisa unit tentara reguler dan pasukan khusus serta milisi lokal.
"Kami tidak ingin perang pecah," tuturnya.
Komentar itu muncul ketika sebuah pernyataan di akun Twitter pro Taliban, Alemarah Taliban, mengatakan ratusan milisi Taliban menuju Panjshir, setelah pejabat negara setempat menolak untuk menyerahkannya secara damai.
Sebuah video pendek menunjukkan barisan truk sitaan dengan bendera putih Taliban tetapi masih membawa tanda pemerintah mereka bergerak di sepanjang jalan raya.
Ahmad Massoud, putra Ahmad Shah Massoud, salah satu pemimpin utama perlawanan anti-Soviet Afghanistan pada 1980-an, mengatakan para pendukungnya siap berperang jika pasukan Taliban mencoba menyerang Lembah Panjshir.
"Mereka ingin membela, mereka ingin bertempur, mereka ingin melawan rezim totaliter mana pun."
Namun ada beberapa ketidakpastian tentang apakah operasi oleh pasukan Taliban telah dimulai atau tidak. Seorang pejabat Taliban mengatakan serangan telah diluncurkan di Panjshir. Namun seorang ajudan Ahmad Massoud mengatakan tidak ada tanda-tanda bahwa pasukan itu benar-benar memasuki celah sempit ke lembah dan tidak ada laporan pertempuran.
Dalam satu-satunya pertempuran yang dikonfirmasi sejak jatuhnya Kabul pada hari Minggu, pasukan anti-Taliban merebut kembali tiga distrik di provinsi utara Baghlan, yang berbatasan dengan Panjshir pekan lalu. Namun Massoud mengatakan dia tidak mengorganisir operasi yang dia katakan telah dilakukan oleh kelompok-kelompok milisi lokal di daerah tersebut.
Lembah Panjshir di wilayah Bazarak, Afganistan, merupakan tempat yang tidak pernah bisa direbut oleh pasukan Taliban. Foto: Wikipedia
Ahmad Massoud menyerukan pemerintah yang inklusif dan berbasis luas di Kabul, yang mewakili semua kelompok etnis Afghanistan yang berbeda, dan mengatakan "rezim totaliter" tidak boleh diakui oleh masyarakat internasional.
Puing-puing kendaraan lapis baja Soviet yang masih memenuhi lembah menunjukkan betapa sulitnya Panjshir dikalahkan di masa lalu. Tetapi banyak pengamat luar mempertanyakan apakah pasukan Ahmad Massoud akan mampu bertahan lama tanpa dukungan dari luar.
Dia mengatakan pasukannya, yang menurut seorang ajudan berjumlah lebih dari 6.000, akan membutuhkan dukungan internasional jika harus berperang. Namun dia mengatakan mereka tidak hanya datang dari Panjshir, sebuah wilayah Tajik berbahasa Persia yang lama berselisih dengan Pashtun yang membentuk inti dari gerakan Taliban.
"Ada banyak orang lain dari banyak provinsi lain yang mencari perlindungan di Lembah Panjshir yang berdiri bersama kami dan yang tidak mau menerima identitas lain untuk Afghanistan," kata Ahmad Massoud.
Baca juga: Lembah Panjshir, Benteng Terakhir Afganistan untuk Melawan Taliban
REUTERS